Selasa, 23 April 2013

Kisah Sukses Qnet Deni Hartoyo yg seorang pengangguran menjadi miliarder


Setiap orang berhak untuk hidup sukses dan kaya, Di dunia ini banyak orang yang memiliki tujuan mencari kebahagiaan tersebut, dan salah satu faktor untuk terwujudnya kebahagiaan tersebut adalah dari segi materi atau uang dalam kata lain, kita harus punya uang. dan kenapa harus uang ? memang uang bukanlah segalanya, tapi segalanya membutuhkan uang, bekerja di bidang apapun, sekolah sampai perguruan hingga menjadi sarjana, insinyur, dokter sekalipun tetap ujung - ujungnya yang dicari adalah uang, kita hidup di tuntut untuk mencari uang, demi terwujudnya impian tersebut, kita harus mempunyai jalannya kaya / sumbernya uang didampingi dengan kerja keras yang tinggi, memiliki pertahanan diri dalam menghadapi segala resiko apapun dan mempunyai keyakinan, kepercayaan bahwa kita dapat melakukannya.
Saya akan menceritakan sedikit tentang kisah hidup dan kesuksesan salah satu Top Leader Qnet Indonesia, Beliau adalah Deni hartoyo yang berasal dari kota terkecil di Indonesia yaitu Trenggalek Jawa Timur, beliau kelahiran tahun 1980, Sebelum beliau gabung dalam bisnis Qnet ini, beliau adalah seorang pengangguran yang tidak memiliki pekerjaan, tidak mempunyai penghasilan dan kondisinya sangat miskin sekali. Dalam keseharian untuk menjalani hidup, beliau sangat kesulitan. 

Dalam suatu hari beliau dipanggil, dan didudukan sambil di marahi habis - habisan oleh mertuanya dan mengatakan tidak boleh ikut dengan bisnis Qnet ini, tidak hanya mertuanya saja, istri dan orang tua kandung beliau melarang keras agar tidak ikut dengan bisnis ini dalam kata lain bapak ibunya, teman - teman, dan tetangganya tidak ada yang mendukung, malahan mereka menghina beliau, menertawakan beliau, dan mencemohkan. 

Tapi beliau tetap mempunyai prinsip, beliau tahu dan mengerti benar, bahwa bisnis ini sangat luar biasa, dan yang menentukan kesuksesan adalah beliau sendiri artinya tidak ada yang dapat menghentikan niat beliau untuk sukses dan kaya, kecuali tuhan dan kematiannya. Apapun tantangannya, dan apapun resikonya, walaupun beliau dihina, ditolak, dimarahi dan dimaki sekalipun beliau akan tetap memperjuangkan bisnis ini sampai titik darah penghabisan.

Dua Bulan Kemudian beliau mendapatkan uang untuk gabung di bisnis Qnet ini, yang lebih nekadnya lagi beliau mendapatkan uang tersebut dari hasil menjual Televisi bapaknya tanpa sepengetahuannya, dan itupun masih kurang. Beliau tidak putus asa dan tetap mencari kekurangannya tersebut demi bergabung di bisnis ini. 

Sampai akhirnya uang terkumpul, beliau langsung gabung di bisnis ini, dan beliau langsung mengerjakannya dan menjalankannya setiap hari. Rintangan yang beliau hadapi setiap hari adalah banyak orang yang menertawakan bisnis ini, minimal dalam satu hari jika di hitung, lima orang yang menertawakannya. Dalam waktu lima bulan beliau mengerjakan bisnis ini, beliau belum mendapatkan komisi dan beliau putus asa dan menyerah, bahkan sempat terpikir untuk berhenti atau meninggalkan bisnis ini.

Pada suatu malam hari, entah itu keajaiban atau apa.....beliau tidak mengerti. Beliau melihat anaknya yang sedang tidur dan tidak memakai baju. Beliau menangis dan bertanya pada diri sendiri, Bagaimana masa depannya. Beliau berpikir, Boleh Beliau berhenti...!!!!!! Boleh Beliau menyerah kalah....!!!! Boleh beliau putus asa...!!!!!! tapi apa yang beliau berikan untuk orang - orang yang di cintainya ? " Tidak ada " dan pada malam hari itu juga beliau memiliki kekuatan untuk bangkit dalam bisnis ini. 

Setiap hari beliau mengerjakan bisnis ini, terus menerus mendapatkan penolakan, dan penghinaan, Sampai suatu saat ada orang yang bicara " Deni,,,,Kalau kamu bisa kaya, dan bisa sukses di bisnis Qnet,,Air Kencing kamu saya minum " Beliau tidak putus asa, Justru itu merupakan suatu Support, dimana beliau harus menunjukan kepada orang yang menghina beliau, bahwa beliau dilahirkan pasti bisa menjadi sukses dan bisa menjadi kaya. 

Seiring dengan berjalannya waktu, beliau tanpa henti terus memperjuangkan bisnis ini tanpa putus asa, dan delapan bulan kemudian beliau menerima komisi atau pendapatan dari Qnet yang pertama dan dibelikan untuk sepeda motor itupun kredit selama dua tahun. 

Yang sangat luar biasanya sebelum dua tahun beliau dapat melunasi sepeda motornya dari hasil pendapatannya di Qnet dan satu tahun empat bulan kemudian beliau terus menerus menjalankan dan memperjuangkan bisnis ini dengan sungguh - sungguh, alhamdulilah beliau memiliki tabungan kurang lebihnya Rp 60.000.000 dan membelikannya mobil. 

Seiring berjalannya waktu pula, enam tahun kemudian komisi yang beliau dapatkan dari Qnet minimal per minggunya US $ 3000 dolar Amerika jika di Rupiahkan kurang lebihnya senilai Rp. Rp.30.000.000 / minggu, Beliau juga dapat merenovasi rumah orang tuanya sedemikian rupa dan dapat memiliki rumah sendiri dari hasil jerih payahnya menjalankan bisnis Qnet.

Mungkin hanya sekian saja yang dapat saya ceritakan mengenai kisah hidup dan kisah sukses deni hartoyo yang saya dapatkan dari berbagai sumber informasi. Semoga dapat menjadi pengetahuan kita semua untuk terus tetap yakin, percaya dan sungguh - sungguh dalam memperjuangkan hidup. Tidak ada yang tidak mungkin, Semua akan menjadi nyata, jika kita mau berusaha dan selalu berdoa kepada yang maha kuasa.

Salam Sukses!
Follow @inspirasi_mulia ya

Kamis, 18 April 2013

Kisah Sukses Hamzah Izzulhaq, Entrepreneur Sukses Berusia 18 Tahun



Entrepreneur berusia 18 tahun ini tidak ingat secara pasti kapan pertama kali dirinya mulai berdagang. Namun satu hal yang pasti adalah bibit-bibit kemandiriannya telah terbentuk sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Mulai dari menjual kelereng, gambaran, petasan hingga menjual koran, menjadi tukang parkir serta ojek payung, Hamzah Izzulhaq, demikian nama entrepreneur muda ini memoles jiwa entrepreneurship-nya. Bertujuan menambah uang saku, ia melakoni semua itu di sela-sela waktu luang saat kelas 5 SD.

Hamzah, begitu dia sering disapa, terlahir dari keluarga menengah sederhana. Sang ayah berprofesi sebagai dosen sementara ibunda adalah guru SMP. Secara ekonomi, Hamzah tak kekurangan. Ia senantiasa menerima uang saku dari orangtuanya. Namun terdorong oleh rasa inginMandiri dan memiliki uang saku yang lebih banyak, Hamzah rela menghabiskan waktu senggangnya untuk mencari penghasilan bersama dengan teman-temannya yang secara ekonomi masuk dalam kategori kurang mampu.

Hamzah mulai menekuni bisnisnya secara serius ketika beranjak remaja dan duduk di bangku kelas 1 SMA. Ia berjualan pulsa dan buku sekolah setiap pergantian semester. Pemuda kelahiran Jakarta, 26 April 1993 ini melobi sang paman yang kebetulan bekerja di sebuah toko buku besar untuk menjadi distributor dengan diskon sebesar 30% per buku. “Buku itu lalu saya jual ke teman-teman dan kakak kelas. Saya beri diskon untuk mereka 10%, sehingga saya mendapat 20% dari setiap buku yang berhasil terjual. Alhamdulillah, saya mengantongi nett profit pada saat itu mencapai Rp950 ribu/semester,” 

Uang jerih payah dari hasil penjualan pulsa dan keuntungan buku kemudian ditabungnya. Sebagian dipakai untuk membuka konter pulsa dimana bagian operasional diserahkan kepada teman SMP-nya sementara Hamzah hanya menaruh modal saja. Sayangnya, bisnis itu tak berjalan lancar. Omzet yang didapat sering kali dipakai tanpa sepengetahuan dan seizin Hamzah. Voucher pulsapun juga sering dikonsumsi secara pribadi. Dengan kerugian yang diteriman, Hamzah akhirnya memutuskan untuk menutup usaha yang hanya berjalan selama kurang lebih 3 bulan itu. “Sampai sekarang etalase untuk menjual pulsa masih tersimpan di gudang rumah,” kenang Hamzah sambil tertawa.

Dengan menyimpan rasa kecewa, Hamzah berusaha bangkit. “Saya sangat suka membaca buku-buku pengembangan diri dan bisnis. Terutama buku “Ciputra Way” dan “Quantum Leap”. Sehingga itu yang membuat saya bangkit ketika rugi berbisnis,” jelasnya. Bermodal sisa tabungan di bank, Hamzah mulai berjualan pulsa kembali. Beberapa bulan kemudian, tepatnya ketika ia kelas 2 SMA, Hamzah membeli alat mesin pin. Hal itu nekat dilakoninya karena ia melihat peluang usaha di sekolahnya yang sering mengadakan sejumlah acara seperti pentas seni, OSIS dan lainnya, yang biasanya membutuhkan pin serta stiker. Dari acara-acara di sekolah, ia menerima order yang cukup besar. Tapi lagi-lagi ia harus menerima kenyataan merugi lantaran tak menguasai teknik sehingga banyak produk orderan yang gagal cetak dan mesinnya pun rusak. “Ayah sedikit marah dengan kerugian yang saya buat itu,” lanjut Hamzah.

Dari kerugian itu, Hamzah merenung dan membaca biografi pengusaha sukses untuk menumbuhkan kembali semangatnya. Tak berapa lama, ia mulai berjualan snack di sekolah seperti roti, piza dan kue-kue. Profit yang terkumpul dari penjualan makanan ringan itu sebesar Rp5 juta. Pada pertengahan kelas 2 SMA, ia menangkap peluang bisnis lagi. Ketika sedang mengikuti seminar dan komunitas bisnis pelajar bertajuk Community of Motivator and Entrepreneur (COME), Hamzah bertemu dengan mitra bisnisnya yang menawari usaha franchise bimbingan belajar (bimbel) bernama Bintang Solusi Mandiri. “Rekan bisnis saya itu juga masih sangat muda, usianya baru 23 tahun. Tapi bimbelnya sudah 44 cabang,” terangnya.

Hamzah lalu diberi prospektus dan laporan keuangan salah satu cabang bimbel di lokasi Johar Baru, Jakarta Pusat, yang kebetulan ingin di-take over dengan harga jual sebesar Rp175 juta. Dengan hanya memegang modal Rp5 juta, pengusaha muda lulusan SMAN 21 Jakarta Timur ini melobi sang ayah untuk meminjam uang sebagai tambahan modal bisnisnya. “Saya meminjam Rp70 juta dari ayah yang seharusnya uang itu ingin dibelikan mobil. Saya lalu melobi rekan saya untuk membayar Rp75 juta dulu dan sisanya yang Rp100 juta dicicil dari keuntungan tiap semester. Alhamdulillah, permintaan saya dipenuhi,” kenang Hamzah.

Dari franchise bimbel itu, bisnis Hamzah berkembang pesat. Keuntungan demi keuntungan selalu diputarnya untuk membuat bisnisnya lebih maju lagi. Kini, Hamzah telah memiliki 3 lisensi franchise bimbel dengan jumlah siswa diatas 200 orang tiap semester. Total omzet yang diperolehnya sebesar Rp360 juta/semester dengan nett profit sekitar Rp180 juta/semester. Sukses mengelola bisnis franchise bimbelnya, Hamzah lalu melirik bisnis kerajinan SofaBed di area Tangerang.

Sejak bulan Agustus lalu, bisnis Hamzah telah resmi berbadan hukum dengan nama CV Hamasa Indonesia. Lulusan SMA tahun 2011 ini duduk sebagai direktur utama di perusahaan miliknya yang omzetnya secara keseluruhan mencapai Rp100 juta per bulan. “Saat ini saya sedang mencicil perlahan-lahan modal yang saya pinjam 2 tahun lalu dari ayah. Alhamdulillaah, saya sudah bisa ke Singapore dan Malaysia dengan hasil uang kerja keras sendiri,” ujarnya.

Menurut Hamzah, dari pengalamannya, berbisnis di usia muda memiliki sejumlah tantangan plus kendala seperti misalnya diremehkan, tidak dipercaya dan lain sebagainya. Hal itu dianggapnya wajar. “Maklum saja, sebab di Indonesia, entrepreneur muda dibawah 20 tahun masih amat langka. Kalau di Amerika usia seperti saya ini mungkin hal yang sangat biasa,” tutupnya.

Salam Sukses!
Follow @Inspirasi_mulia yaa